Kemdiktisaintek Dorong Transformasi Pascasarjana dan Vokasi Lewat Integrasi Global dan Percepatan Studi

Sumber: antaranews.com
Interaktips – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, di bawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Republik Indonesia, terus memperkuat strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) perguruan tinggi. Salah satu fokus utama mereka adalah penyelenggaraan program pascasarjana dalam negeri yang dilengkapi dengan pengalaman internasional serta percepatan studi jenjang magister dan doktoral bagi lulusan sarjana berprestasi.
Dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan dari Jakarta pada Sabtu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi, mengungkapkan bahwa upaya peningkatan jumlah program pascasarjana nasional saat ini tengah digalakkan. Namun demikian, keberadaan program-program tersebut tidak lantas meninggalkan unsur global. Justru sebaliknya, pengalaman internasional akan disisipkan melalui skema studi hibrida—misalnya dengan pembagian durasi tiga tahun di dalam negeri dan satu tahun di luar negeri. Pendekatan ini, selain untuk memperkaya wawasan mahasiswa, juga dinilai lebih efisien dari sisi pembiayaan sehingga semakin banyak talenta potensial yang bisa diikutsertakan.
Khairul juga menekankan bahwa salah satu langkah inovatif yang tengah dijalankan adalah mempercepat jenjang studi pascasarjana. Lulusan sarjana dengan capaian akademik tinggi kini memiliki kesempatan untuk langsung melanjutkan ke program magister dengan durasi yang dipersingkat menjadi satu tahun, dan kemudian berlanjut ke program doktor. Strategi ini disebutnya mampu menghasilkan luaran akademik yang berkualitas dalam waktu yang lebih cepat.
Menurutnya, sejauh ini hasil riset serta publikasi ilmiah yang dihasilkan dari skema percepatan studi tersebut menunjukkan capaian yang menjanjikan. Hal ini menjadi indikator bahwa mahasiswa Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar di bidang akademik apabila difasilitasi secara sistemik dan konsisten.
Lebih lanjut, program ini dirancang tidak hanya untuk mendukung pengembangan akademik secara umum, tetapi juga diarahkan untuk mengisi kebutuhan tenaga pengajar, khususnya di sektor pendidikan vokasi yang terus berkembang. Pendidikan vokasi saat ini membutuhkan lebih banyak dosen dan instruktur berkualitas, dan program percepatan ini diharapkan menjadi salah satu solusi strategis.
Khairul juga menyoroti masih adanya anggapan bahwa pendidikan vokasi adalah pilihan sekunder. Untuk itu, berbagai langkah rebranding pendidikan vokasi sedang digencarkan. Ia menekankan pentingnya mengubah persepsi masyarakat agar pendidikan vokasi dapat diposisikan sejajar dengan pendidikan akademik, terlebih bagi calon mahasiswa yang lebih condong pada pembelajaran berbasis praktik.
Dirjen Pendidikan Tinggi tersebut meyakini bahwa jika anak-anak muda yang memiliki semangat akademik dapat terhubung dengan jalur pengembangan SDM yang tepat dan terstruktur, mereka akan bisa segera berkontribusi dalam dunia pendidikan, khususnya sebagai pengajar di perguruan tinggi vokasi setelah lulus.
Menanggapi tantangan minimnya peminat di jalur vokasi, ia menyebutkan bahwa upaya untuk memperkecil jarak antara pendidikan vokasi dan akademik menjadi sangat krusial. Salah satunya adalah dengan membangun kesadaran bahwa pendidikan vokasi dapat menjadi pilihan utama, bukan sekadar alternatif.
Tidak berhenti di situ, Kemdiktisaintek juga sedang menjalankan reformasi kebijakan dengan membuka lebih banyak ruang bagi pembentukan program studi baru, terutama di perguruan tinggi swasta yang telah memenuhi syarat kualitas dan kapasitas. Proses perizinan kini dilakukan secara lebih terkoordinasi melalui pendekatan lintas lembaga.
Khairul menyampaikan bahwa penguatan kualitas SDM di pendidikan tinggi tidak cukup hanya ditingkatkan dari segi kuantitas. Menurutnya, aspek mutu, relevansi dengan kebutuhan dunia kerja, dan kemampuan bersaing di tingkat global menjadi faktor yang tak kalah penting.
Dengan berbagai langkah strategis ini, Kemdiktisaintek berupaya membentuk ekosistem pendidikan tinggi yang adaptif terhadap perubahan zaman, sekaligus inklusif bagi seluruh kalangan masyarakat. Harapannya, Indonesia dapat mencetak lebih banyak intelektual muda yang mampu berkontribusi secara nyata di tingkat nasional maupun internasional, baik sebagai peneliti, inovator, maupun pendidik.